Sudut Deviasi Pembiasan Cahaya Pada Prisma

College Loan Consolidation Monday, September 8th, 2014 - Kelas XII

Prisma adalah zat bening yang dibatasi oleh dua bidang datar. Apabila seberkas sinar datang pada salah satu bidang prisma yang kemudian disebut sebagai bidang pembias I, akan dibiaskan mendekati garis normal. Sampai pada bidang pembias II, berkas sinar tersebut akan dibiaskan menjauhi garis normal. Pada bidang pembias I, sinar dibiaskan mendekati garis normal, sebab sinar datang dari zat optik kurang rapat ke zat optik lebih rapat yaitu dari udara ke kaca. Sebaliknya pada bidang pembias II, sinar dibiaskan menjahui garis normal, sebab sinar datang dari zat optik rapat ke zat optik kurang rapat yaitu dari kaca ke udara. Sehingga seberkas sinar yang melewati sebuah prisma akan mengalami pembelokan arah dari arah semula. Marilah kita mempelajari fenomena yang terjadi jika seberkas cahaya melewati sebuah prisma seperti halnya terjadinya sudut deviasi dan dispersi cahaya.

Advertisment

Sudut Deviasi Pembiasan Cahaya Pada Prisma

Pembiasan Cahaya Pada Prisma,Prisma,bidang prisma,Sudut Deviasi,Sudut Deviasi Pembiasan Cahaya Pada Prisma,menghitung sudut deviasi,rumus sudut deviasi,materi sudut deviasi,sudut deviasi fisika,modul sudut deviasi,besarnya sudut deviasi,cahaya pada prisma,hukum Snellius,gambar sudut deviasi

Gambar diatas menggambarkan seberkas cahaya yang melewati sebuah prisma. Gambar tersebut memperlihatkan bahwa berkas sinar tersebut dalam prisma mengalami dua kali pembiasan sehingga antara berkas sinar masuk ke prisma dan berkas sinar keluar dari prisma tidak lagi sejajar. Sudut yang dibentuk antara arah sinar datang dengan arah sinar yang meninggalkan prisma disebut sudut deviasi diberi lambang D. Besarnya sudut deviasi tergantung pada sudut datangnya sinar.

Untuk segiempat AFBE, maka : β + ∠AFB = 180o

Pada segitiga AFB, r1 + i2 + ∠AFB = 180o, sehingga diperoleh

β + ∠AFB = r1 + i2 + ∠ AFB

β = r1 + i2

Pada segitiga ABC, terdapat hubungan ∠ABC + ∠BCA +∠CAB = 180o,

di mana ∠ABC = r2i2 dan ∠CAB = i1r1,

sehingga ∠BCA + (r2i2) + (i1r1) = 180o

∠BCA = 180o + (r1 + i2) – (i1 + r2)

Besarnya sudut deviasi dapat dicari sebagai berikut.

D = 180o – ∠BCA

    = 180o – {(180o + (r1 + i2) – (i1 + r2)}

    = (i1 + r2) – (i2 + r1)

D = i1 + r2 – β

Keterangan :

D = sudut deviasi

i1 = sudut datang pada prisma

r2 = sudut bias sinar meninggalkan prisma

β = sudut pembias prisma

Besarnya sudut deviasi sinar bergantung pada sudut datangnya cahaya ke prisma. Apabila sudut datangnya sinar diperkecil, maka sudut deviasinya pun akan semakin kecil. Sudut deviasi akan mencapai minimum (Dm) jika sudut datang cahaya ke prisma sama dengan sudut bias cahaya meninggalkan prisma atau pada saat itu berkas cahaya yang masuk ke prisma akan memotong prisma itu menjadi segitiga sama kaki,

sehingga berlaku i1 = r2 = i (dengan i = sudut datang cahaya ke prisma) dan i2 = r1 = r (dengan r = sudut bias cahaya memasuki prisma). Karena β = i2 + r1 = 2r atau r = \frac{1}{2}β dengan demikian besarnya sudut deviasi minimum dapat dinyatakan:

D = i1 + r2 – β = 2i – β atau i = (Dm + β)

Menurut hukum Snellius tentang pembiasan berlaku

\frac{\text{sin }i}{\text{sin }r}=\frac{n_{2}}{n_{1}}\text{ atau }\frac{sin\frac{1}{2}(D_{m}+\beta )}{sin\frac{1}{2}\beta }=\frac{n_{2}}{n_{1}}

n_{1}sin\frac{1}{2}(D_m+\beta )=n_2\text{ sin }\frac{1}{2}\beta

dengan :

n1  = indeks bias medium di sekitar prisma

n2 = indeks bias prisma

β = sudut pembias prisma

Dm = sudut deviasi minimum prisma

Untuk sudut pembias prisma kecil (β≤ 15o), maka berlaku sin (\frac{1}{2}β + Dm) = (\frac{1}{2}β + Dm) dan sin \frac{1}{2}β = \frac{1}{2}β. Sehingga besarnya sudut deviasi minimumnya dapat dinyatakan :

D_m=\frac{(n_2\beta -n_1\beta )}{n_1}=\left ( \frac{n_2}{n_1}-1 \right )\beta

Apabila medium di sekitar prisma berupa udara maka n1 = 1 dan indeks bias prisma dinyatakan dengan n, maka berlaku :

Dm = (n – 1) β

Mari berdiskusi tentang "Sudut Deviasi Pembiasan Cahaya Pada Prisma"

free web tracker